Selasa, 21 Desember 2010

Antara Cinta

Biarlah berlalu sendiri
tanpa kau disisi
karna cinta tak harus miliki
tapi kan ku kenang kau di hati
tatkala cinta memudar, rasa sayang makin mendalam
kau bisikkan kata tuk hati..

Dalam hatiku berbisik
hari ini adalah pertemuan terakhir kita,
dalam membina pesona cinta
Bulan Desember selalu penuh cerita
antara kehilangan dan menemukan cinta

langkahkan kakimu menuju bahagia
tuk capai yang kau asa
tiada lagi canda tawa
crita kebersamaan kita

tlah lewat
jangan harap
sekilas senyuman penuh kasih
angan yang lama
bawa impian menuju harapan

Ghurfatul Huzni, 21 Demember 2010

Kamis, 25 November 2010

Hujan lebat membasahi tanah dimana aku berpijak. Saat itu aku masih berada di jalan raya karena aku baru saja ada kepentingan dengan seseorang. Kepentingan yang bisa dikatakan 'kotor'. Sebab kepentinganku berhubungan dengan orang banyak tapi aku monopoli sendiri biar bisa menjadi hak beberapa orang. Macetnya luar biasa kala hujan itu. Maklum air membanjiri jalan raya hingga sepinggul orang dewasa. Aku hanya berfikir, "ini jalan apa sungai?"



Dalam suasana macet, perlahan air sudah bisa memasuki mobil yang aku kendarai. Aku pun 'mencak-mencak' pada air, " Sialan, kenapa loe masuk juga. Bisa-bisa rusak mesin mobil gua."



tak disangka air tersebut menjawab dengan nada tinggi, " Loe manusia tu yang sialan.."

kata air yang tentu saja mengagetkan aku.



"Loe yang sialan. Ini bukan jalan loe kenapa loe jalan di jalan manusia? Loe kan udah dibuatin jalan sendiri? Masih kurang?" jawabku.



"Jalan mana?? lorong-lorong yang penuh dengan sampah itu? kolongan yang sudah tidak bisa dimasuki lagi? kau sebut itu jalan?" bantah air.



"Salah loe sendiri dibuatin jalan ga mau bayar pajak.." kataku sekenanya.



"Hah? aku harus bajar pajak?? Sory sory Jack.. gua takut kalo bayar pajak ntar pada digayuskan...." jawaban yang tak kusangka dari air yang begitu up to date.

Senin, 22 November 2010

Siksaan Sebuah Penantian

Kekasihku
Tlah lama ku merindumu
Pilu sedih dalam kerinduan ini
Menangispun tak berair mata lagi
Tapi terus tetap ku bersabar
Karena ikatan janji


Ku menunggu dengan rindunya
Ku jalani siksaan sebuah penantian
Dan akan tetap ku nantikan
Sampai kapanpun ku tetap setia


Hadirlah segera wahai kasihku
Datanglah bersama cahaya cintamu
Betapa gembira hatiku
Saat kau tebar senyum yang penuh kasih


Penantianku kan hampir berakhir
Datanglah kasih…
Aku sudah rindu..



Sragen, 15 Agustus 2000

By. ZARA

Minggu, 12 September 2010

Tiada Akhir

Tulus yang menggugah jiwa
baik ajarkan dia tentang kebiasaan
menanti ungkapan dalam setiap benak yang lara
asa bepergian hendak mencari sandaran


di atas batu itu ia menari
tanpa dilihatnya penonton yang sedang menghayati
bukan melihat
atau bertepuk tangan tentang ke elokannya dalam memainkan tubuh
ia tak menyadari karna terkonsentrasi dengan seni


maklum, begitu seharusnya
bagaikan detik jam yang selalu berputar
sebelum daya habis tak ada henti


kata-kata itu terus melaju
tanpa koma
tapi hanya ingin mencari sebuah titik,
tinta itu belum habis hanya untuk mengorbankan sebuah titik
entah, kapan keberanian tinta membuat titik


tanpa alunan
tanpa lantunan
tanpa irama permainan


sepi
biar berlalu
tak perlu disesali,

Kamar Rarapan, 13 September 2010


Kamis, 09 September 2010

Kau MilikNya

di atas dunia
adalah milikMu Yang Kuasa


Ku tak tahu harus berbuat apa
tatkala ku berhasrat tentangnya
malu ku selalu pinta
lelah sebenarnya walaupun tak boleh putus asa
atas kasih sayang yang Engkau tawarkan adanya


Yaa Malikal Mulki
Tu'ti mulka man Tasya'
bukan jabatan yang ku inginkan
bukan kemuliaan dunia yang ku harapkan
hanya ketenangan jiwa dan keselamatan
dunia sampai akhir zaman


Tuhan,
MakhlukMu yang terindah itu
membuat aku tak berdaya
Laa haula wa laa quwwata illa bika...
ku pinta kepadaMu
ku pinta ridhoMu
tuk bisa bersamaku
tuk bisa menjaga jiwaku,
keyakinanku,
padaMU
Ya Rab...


Rabu, 04 Agustus 2010

Nanggepi Pengamen

Waktu makan siang di warung MIE AYAM tiba2 ada pengamen yang nyanyi campursarinya Didi Kempot... "Permisi mbah, kulonuwun...nopo mriki daleme mbah mangun..." langsung aja ku jawab, "senes mas..mriki warung mie ayam..."


Selasa, 27 Juli 2010

Santri Lugu

Kejadian ini saya alami waktu saya mondok di Kediri Jawa Timur. Waktu itu di pondok kedatangan tamu pejabat dari Jakarta. Karena dia pejabat yang bukan sembarangan pejabat, tentunya dia dikawal oleh banyak aparat. Salah satunya adalah TNI-AD (Angkatan Darat). Temanku sekamar yang juga dari Solo, sebut saja namanya Jono, girang sekali ketika itu melihat para TNI. Setelah puas melihat dia balik ke kamar yang kebetulan hanya ada saya saja di kamar.

"Da apa Jon, kok ketawa-ketawa. Baru dapat wesel, ya?" Tanyaku ketika liat kang Jono yang ketawa sesampai dikamar.

"Itu Lho, kamu ga liat apa...Tentara-tentara itu ternyata dari Solo.."

"Lho, darimana kamu tau kalo itu tentara dari Solo? Emang kamu tanya dia? atau malah yang jadi tentara itu Pak Likmu?" Tanyaku penasaran

"Enak aja Pak Lik.., Masak kamu ga baca baju di dadanya ada tulisan TNI-AD berarti kan TNI-Solo..."

Oalah....Seketika itu aku langsung ketawa..dikira tulisan AD yang ada di baju tentara itu adalah plat nomer kendaraan Solo, AD....



Pisang Lurus

Kejadian ini aku alami waktu OSPEK 8 tahun silam.. Seperti jamaknya OSPEK, pasti sang senior memberi perintah yang aneh-aneh dan agak sulit mencarinya. Seperti, peserta OSPEK disuruh memakai topi 'besek' atau tempat takir (nasi hasil dari tahlilan atau sebangsanya), kaos kaki berlainan warna, yang kiri merah yang kanan kuning, dan perintah macam2 lainnya yang tidak ada hubungannya dengan mahasiswa yang notabene seorang idealis. Nah, di hari pertama sang senior memerintahkan kita supaya besok membawa sebuah PISANG YANG LURUS, tidak boleh bengkok. OSPEK dihari pertama sampai jam 5 sore. Habis ospek langsung para calon2 mahasiswa termasuk aku 'blusuk-an' ke pasar mencari PISANG yang LURUS..

Teman-teman udah ada yang dapat. Aku mencari-cari pisang lurus tidak ada, adanya bengkok. Ada yang lurus, eh keduluan ama temanku. Sampai akhirnya aku TIDAK mendapatkan pisang lurus. terpaksa beli yang agak bengkok atau agak lurus.

Esok harinya, OSPEK dah mulai pukul 6 pagi.. Sang senior menyuruh calon mahasiswa untuk berkumpul di lapangan kampus. Setelah kumpul, disuruh mengeluarkan pisang dan mengangkatnya supaya sang senior bisa tahu pisang mana yang LURUS dan mana yang BENGKOK.

Tentu saja, calon mahasiswa yang tidak mendapat pisang lurus dapat hukuman.disuruh keliling lapangan 10x sambil mengacung-acungkan pisang dan teriak... "PISANG SAYA BENGKOK"...

"Pisang ini lurus apa nggak?" tanya sang senior kepadaku.

"Lurus..!!" jawabku pede (padahal agak bengkok)

"apa kamu tidak bisa membedakan benda yang lurus sama yang enggak??? Cepat keliling 10x sambil teriak2... PISANG SAYA BENGKOK..!!

Cepaaattt...!!!" perintah sang senior yang nggak mau didebat.

Langsung saja aku keluar barisan dan berlari keliling sambil mengucap... " PISANG SAYA BENGKOK...(aku tambahi) PISANG SAYA PANJANG..BENGKOK.."



Senin, 19 Juli 2010

Rekening Gendut

Rekening masih kurus
belum gendut

Bukan gendut
tapi busung lapar....

Boyolali, 20 Juli 2010


Di bawah Gundukan Tanah

Apa kata
tatkala tlah sampai kita dalam puncak hidup
diam,
tanpa kata
hanya isak tangis dunia
atau tawa mereka yang ria

Apa kita bawa
tak ada
kecuali tindak baik kita
pada sesama
pada sekelilingnya
ataupun
pada Sang Pencipta

Hening suasana
terbawa duka

Di bawah gundukan tanah itu
tlah terbujur kaku
sebujur jasad yang hidupnya dielu-elu
padahal sejatinya berbuat munafik selalu
munafik terhadap diri
munafik terhadap anak istri
munafik terhadap kawan dan famili
juga munafik terhadap Ilahi

Terlambat,
tatkala gundukan itu brada di atas kakunya jasad
tertutup pula pintu taubat
atas segala perilaku maksiat
dan tinggalkan amal ibadat

Getun atau penyesalan yang ada
kenapa waktu di dunia kesempatan baik dibuat sia-sia
kepentingan nafsu tuk foya
setiap saat terbersit dalam dada
manusia
lupa
usia

injakan kaki-kaki manusia diatas gundukan itu
mengingatkan bahwa kita tiada guna



Boyolali, 19 Juli 2010


Selasa, 13 Juli 2010

Selamat Tidur

Tiada sapa
menjelang rebahnya jasad
setelah seharian penuh karya
tiba tuk mata terpejam sesaat

Engkau,
Kasihku,
tlah lentangkan diri
tinggalkan aku yang masih jaga

Lelah terpancar dari tidurmu
nyenyak,
jinak,
enak,
teriring irama sepi malam

Sayang,
jemput aku dalam impimu
sambut hangat tanganku
selamat malam
selamat tidur..


Kamar Ratapan, 14 Juli 2010

Minggu, 18 April 2010

SUJUD TAHAJUDKU

Ya Allah Ya Tuhanku...
Malam ini sunyi senyap
tiada gema dan suara
gempita seluruh isi alam telah lenyap
dalam pangkuan kesunyian
seluruh isi bumi ditelan kesepian
ribuan bintang di langit terlihat
gemerlapan dengan titik-titik cahaya yang indah
sinar bintang-bintang itu akhirnya tembus ke bumi
memecahkan kegelapan yang tebal dan hitam

Manusia, semuanya telah tenggelam
dalam ketiduran
dan telah dibuai oleh senandung mimpi
yang indah

dikala itu
diriku yang malang ini
tersentak bangun dari lena
pergi membasuh diri
dan ingin pergi
menghadap padaMu Ya Robbi...

Wahai Tuhan Yang Maha Besar..
dalam wahyu yang Engkau nuzulkan
engkau berjanji akan menerima segala pengaduan
dan berkenan memberikan pengampunan

Hanya itulah maksud kedatangan hamba
Menghadap DzatMu Yang Sempurna

Lemah lututku tuk bersimpuh di hadapanMu
karena wajahku yang penuh cacat
akan maksiat dan munkarot

Setelah mendekat aku bersujud merebahkan diriku ini
di hadapanMu Ya Rabbi..
segala pengaduan dan ucapan yang telah kuungkapkan
dengan rendah hati
kupinta ampunan dari
hambaMu yang penuh dosa ini

Amin...Amin..Aminn...



Tanon, 5 Agustus 2000

=====> ini cuma memori syair lawas dari seseorang yang pernah memberi semangat kepadaku dan memberikan inspirasi dalam kehidupan ini.. walau akhirnya kita ditaqdirkan bertemu untuk berpisah...Syair ini aku tulis ulang dari buku memorinya yang diberikan kepadaku, dan ku edit sedikit biar agak indah.. :D
===================================

Jumat, 16 April 2010

Makelar Liar

Ini kisah tentang makelar-makelaran
bukannya makelar perjodohan
atau makelar perdagangan
tapi,
makelar perpajakan

Bermula dari ocehan Susno Duadji Kabareskrim yang mantan
tertangkaplah mula Gayus Tambunan
tak disangka tak dikira angkanya milyaran
tentu saja negara mengalami kerugian

ada yang baru dari kisah ini
uangnya ada yang tidak masuk ke rekening pribadi
tapi masuk ke rekening anak istri
aku mendengar tertawa geli

rakyat hanya bisa menggeleng-geleng kepala
melihat kelakuan mereka
tak peka
masih banyak yang sengsara
disela-sela para pendusta

mungkin masih banyak lagi makelar
yang berkeliaran diluar
berbuat tanpa prosedur yang benar
awas... mereka liar


Boyolali, 16 April 2010

Kamis, 15 April 2010

Jangan Kau Injak Kakiku

Jangan Kau Injak Kakiku..
saat aku sedang berdiri berbisik denganTuhanku..

Jangan Kau Injak Kakiku...
saat aku mengangkat tanganku
menyerahkan jiwaku
untuk Dia Yang Satu..

Jangan Kau Injak Kakiku..
Karena mengurangi konsentrasi yang kutuju...
bukannya aku tak mau..
mengikuti dirimu...

Jangan Kau Injak Kaki ini...
jika kau lihat celanaku yang menutupi mata kaki..
karena mata kaki bukanlah hati...
tempat bersarangnya gengsi..

Solo, 14 April 2010

Rabu, 14 April 2010

SANG KELANA

Seperti biasa, sepulang kerja saya sempatkan sowan ke kyai saya yang belum begitu sepuh dalam umur tapi sudah sepuh masalah ilmu. Sampai di tempat beliau saya langsung menuju gubug tempat beliau istirahat sambil muthola’ah beberapa kitab. Bukan hanya kitab-kitab kuning, tapi saya lihat beliau juga membaca ‘kitab-kitab putih’ alias buku kontemporer. Melihat saya yang baru datang beliau langsung mempersilahkan, “sini, duduk sini dekat saya”

Saya meletakkan tas dan duduk disamping beliau. Tak lupa saya mengeluarkan sesuatu dari kantong saya, sebungkus rokok untuk beliau.

Setelah menanyakan kabar hari ini, beliau menyodorkan sebuah koran terbitan lokal. “Ini, kamu sudah baca berita hari ini?”

Saya mengernyitkan dahi sambil mengambil koran yang beliau sodorkan. “Berita yang mana, kyai?” tanyaku karena memang belum membaca Koran dari tadi pagi. Lagian, berita di Koran banyak macamnya.

“Itu, kok bahtsul masail di pondok Lirboyo oleh FMP3 se-Jawa Timur mengharamkan rebonding.”

Saya diam sejenak membaca berita lengkapnya. Sedang kyai saya yang memang ‘agak’ nyeleneh membuka bungkus rokok yang saya bawa kemudian menyalakan api dan menghisapnya.

“Oo..iya..kok bisa gitu? Seharusnya kan bukan rebondingnya yang haram, kyai..” kataku memberi komentar tentang isi koran yang telah saya baca.

“Iya, kalo kita menengok ke hukum asal, rebonding itu boleh. Bisa dikatakan haram, karena itu li ghoirihi bukan li dzatihi. Haram karena ada unsur lain, bukan karena haram asalnya. Sebagaimana kita memakai celak, itu ada hadistnya boleh. Tapi kalau kita memakai celak supaya tambah cakep ntar agar bisa menggaet cewek, lha itu kan juga jadi haram tho..? haramnya bukan karena memakai celaknya tapi karena perbuatan menggaet cewek dan niat yang nggak bener itu..” terang sang kyai.

“Iya, saya kok nggumun, kenapa bahtsul masail FMP3 se-Jawa Timur menimbulkan kontroversi. Kalau sebelumnya menghukumi facebook haram, padahal saya seorang yang maniak facebook, kyai.”

“Ya, meneketehe…” jawab sang kyai dengan candaan gaulnya.

“Namanya aja ijtihad, kan nggak apa-apa. Keputusan ijtihad itu tidak akan menghasilkan dosa. Kalau benar dapat dua pahala, sebaliknya kalau hasil ijtihadnya keliru mendapat satu pahala..”

“leres (benar), kyai..”

“Oya, sekarang gimana hubunganmu dengan yang itu?? Jadi nggak??”

Hmm......

“Ada 4 kriteria dalam memilih calon istri sebagaimana yang disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Tapi, saya menambahi satu lagi. Jadi, ada lima..” terang sang kyai sambil menyedot rokoknya.

“Yang satu apa, kyai?” tanyaku penasaran.

“Yang pertama apa?” sang kyai melempar pertanyaan.

“Cantiknya..” jawabku sekenanya karena tidak hapal urut-urutannya.

“Ah..kamu itu..kok langsung bilang cantiknya. Ya udah ndak papa. Trus?”

“Hartanya, nasabnya, dan agamanya..” jawabku langsung karena tidak sabar menanti jawaban sang kyai tentang kriteria yang kelima.

“Iya..betul. Trus kalau kamu sudah mendapatkan calon istri sesuai salah satu kriteria itu yang kelima adalah mau apa tidak dia sama kamu…ha..ha..” jawab sang kyai menjelaskan kriteria yang kelima.
“Oalah, kalau itu ya jelas to, yai.” Kataku dengan agak kecewa.

“Eh itu, telo godhognya disambi, dimakan.” Kata kyai menawarkan ketela rebusnya yang masih hangat.

“Tapi, yang penting agamanya ya, yai?” tanyaku sambil mengambil ketela rebus kemudian memakannya.

“Kita tidak mungkin bisa mendapatkan 4 kriteria ini. Udah cantik, keturunan orang baik, kaya, agamanya, akhlaknya hebat, jangan kau mengharap dapat semuanya. Harus ada yang dikalahkan. Tapi, yang tidak boleh dikalahkan adalah agamanya, akhlak dari si perempuan itu.” Terang sang kyai.

“Lha, terus kriteria yang tidak bisa kamu kalahkan setelah agama, apa?” lanjut sang kyai memberi pertanyaan kepadaku.

“Cantiknya, kyai..” kataku .

“Hmm… ya..ya.. Agamanya bagus, cantik pula.. Kalau kriteria kaya bisa kamu kalahkan kenapa? Kenapa nggak mencari calon istri yang kaya, sudah mapan supaya hidupmu bisa berubah tidak nelongso terus kayak gini?” kata sang kyai.

“Kalau masalah materi, sebagai laki-laki saya siap menanggung nafkahnya, yai. Walau harus banting tulang peras keringat seperti sekarang ini. Yang penting agamanya bagus pasti akan qona’ah, menerima hasil jerih payah suami.” Jawabku.

“Lha kalau nasabnya? Tidak penting?”

“Ya kalau ada ya Alhamdulillah, yai. Kalau tidak ada, kan basic agamanya sudah bagus. Soalnya menurut saya kalau nasabnya bagus belum tentu dia berakhlak baik.” Jawabku ‘agak’ ngawur.

“Yang penting kamu jangan sampai tidak mendapatkan salah satu dari 4 kriteria ini.. Udah jelek, nasab tidak bagus, melarat, akhlak jeblok pula.." pesan sang kyai kepadaku.

"Ya, yai.."

"Perempuan yang kemarin, sudah kamu putus, katanya kamu tidak cocok, trus sekarang siapa yang kamu pilih?” Tanya sang kyai kepadaku.

“Assalamu’alaikum, Yai…”

“Wa’alaikumsalam..” jawab kami berdua, ternyata ada tamu yang ingin ketemu kyai. Orangnya memakai pakaian batik tanpa peci di kepala. Kalau melihat wajahnya dia berumur kira-kira 35 tahunan.

“Monggo pinarak..” sambut sang kyai.

Saya menyalami tamu dan kembali duduk.

“Sebentar ya, le.” kata sang kyai kepadaku memberi isyarat untuk tidak melanjutkan obrolan tadi supaya sang kyai menjamu tamu yang baru datang.

*****************************


“Sampean, siapa namanya? Lupa saya..” Tanya sang kyai kepada tamunya.

“Kholid, yai..” jawab tamu yang ternyata bernama pak Kholid.

“Oya..ya..pak Kholid penjual sayur-sayuran di pasar Mangu itu to?” lanjut kyai. Pak Kholid hanya menganggukkan kepala.

“Ada perlu apa sampean kemari?” Tanya kyai.

“Begini, yai. Saya itu lagi sumpek, kadang merasa ndak betah dirumah gara-gara istri saya sering marah-marah, ngomel padahal saya hanya melakukan kesalahan kecil. Saya sering juga meladeni kemarahan istri saya. Sebagai lelaki saya ya tidak terima dimarah-marahin terus. Kadang saya sampai akan mengucapkan kata-kata talaq kepada istri saya saking jengkelnya.. Tapi kalau ingat masa lalu, saya sungguh masih mencintainya. Tapi, kalau setiap hari bertengkar begini, saya tidak betah juga, yai..” Jelas pak Kholid dengan mimik wajah menampakkan kejengkelannya dan kegelisahannya.

Kemudian ada khodim kyai (santri yang membantu di rumah kyai) yang membawakan segelas teh hangat ke pak Kholid. Pak kyai kemudian mempersilahkan pak Kholid untuk meminum minuman yang baru saja disuguhkan. Saya pun ikut minum minuman saya yang tinggal beberapa mili sebab sudah satu jam lebih saya ngobrol dengan kyai.

“Oo, jadi itu masalahmu.. Hampir rata-rata manusia yang berumah tangga itu pasti ada cekcok, ada pertentangan yang membikin pertengkaran. Termasuk saya juga. Ha..ha..” kata sang kyai dengan tawa khasnya yang mengingatkan saya kepada almarhum mbah Surip.

Saya pun hanya tersenyum mendengar penjelasan sang kyai karena belum pernah merasakan. Kalau pacaran sih, juga ada pertengkaran. Tapi kalau rumah tangga, saya belum merasakannya.

“Kalau istri sampean sedang marah-marah, jengkel pada sampean jangan sampean ladeni dengan kata-kata juga. Jangan sampean ladeni kemarahannya dengan kemarahan. Tapi ladeni dengan ‘diam’. Diam bukan berarti takut, tapi mengalah. Sayyidina Umar ibn Khottob bila kena ‘semprot’ kemarahan sang istri beliau selalu diam. Kenapa? Ha..” Kata sang kyai sambil melirik pada saya mengisyaratkan agar saya juga tahu masalah ini agar apabila nanti dalam berumah tangga saya juga bisa mensikapi hal tersebut dengan baik.

“Sebab.. Istri kita itu sibuk mengurusi urusan rumah. Apa pekerjaan istri dirumah?” kata kyai seakan-akan memberi pertanyaan padahal yang ditanya tidak perlu menjawab.

“Tugas istri di rumah itu ya, umbah-umbah (mencuci baju), isah-isah (mencuci piring), ngedusi bocah (memandikan anak), nyapu omah, dan mlumah.. ha..ha.(maaf, artinya cari sendiri). saking banyaknya pekerjaan rumah itu, istri juga merasa jenuh, salah satu pelampiasan adalah kepada suami. Karena pelampiasan kejenuhan ya jangan diladeni.”

Kemudian kyai berbicara setengah berbisik, “Saya, kalau istri marah juga saya diamkan. Kalau pas marah dan disitu ada anak saya, saya pergi begitu saja menghindar dari kemarahan. Tapi pelampiasan selanjutnya ke anak saya… ha..ha.. “

Pak Kholid dan saya tersenyum mendengar penjelasan sang kyai yang terakhir ini.

**********

“Saya kira cukup, kyai sowan saya ke panjenengan… Terimakasih banyak atas nasehat-nasehat panjenengan.” Pak Kholid pamit setelah dirasa cukup.

“ya..ya.. sama-sama. Mohon maaf kalau kata-kata saya ada yang kurang berkenan..” jawab kyai.
“Pareng, Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam..”

Setelah pak Kholid pergi, kyai melanjutkan percakapan dengan saya yang terputus dengan kehadiran pak Kholid.

“Begini, le.. Satu lagi yang ingin saya pesankan kepada kamu.” Kata kyai.

“Apa, yai?” jawab saya penasaran.

“Kalau kamu mencari calon istri carilah istri sing iso nglahirke anak rojo (yang bisa melahirkan anak raja).” Pesan kyai.

Saya terdiam sejenak memikirkan maksud yang beliau katakan.

********************************

“Maksudnya, saya menikahi anak raja?” tanyaku karena tidak paham dengan yang dikatakan kyai.

“Hmm..Maksudnya cari istri yang bisa melahirkan anak raja itu kamu mencari istri yang punya ‘bibit unggul’. Ndak paham lagi maksudnya?” Tanya kyai.

“Cari istri yang ‘cerdas’…” kataku pelan, takut pemahamanku keliru.

“Ya. Itu.. Soalnya ada penelitian ilmiah yang mengatakan kecerdasan anak itu menurun dari ‘gen’ ibunya…” terang kyai.

“Kalau nggak percaya kamu bisa cari dan baca artikelnya di internet.. kamu kan biasa ngenet..” lanjut kyai. Memang kyai saya ini juga mengikuti perkembangan teknologi, beliau juga sering browsing internet mencari-cari artikel. Tapi, ketika saya tanya apa punya facebook beliau menjawab nggak perlu, menghabiskan waktu.

“Kecerdasan itu ada tiga, kamu boleh memilih salah satu atau syukur bisa mendapatkan ketiga-tiganya.” Jelas kyai.

“Pertama, kecerdasan intelektual. Dia tidak saptek”

“Gaptek, yai..” kataku membetulkan.

“Ya, gaplek..eh gaptek (gagap teknologi)..”

“Kedua, kecerdasan emosional. Dia cekatan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Sabar, pandai bersosialisasi terhadap masyarakat dan punya kepekaan terhadap lingkungan.” Jelas kyai. Kemudian kyai menyulutkan rokoknya yang mati karena lama tidak disedot.

“Saya jadi teringat film India yang dibintangi Aamir Khan…” Kataku.

“Film apa?” Tanya kyai.

“Ghajini, dalam film tersebut ada seorang cewek yang menjadi model majalah mencintai Amir Khan yang jadi bos perusahaan telepon seluler. Tapi si cewek tidak tahu kalau pacarnya adalah seorang bos, tahunya hanya pengangguran yang sedang mencari pekerjaan. Yang membuat Aamir Khan jatuh hati pada si cewek karena dia mempunyai kepedulian sosial yang tinggi. Misalnya, ada orang buta yang akan menyeberang jalan, dia tuntun. Pada waktu malam hari ada gelandangan yang tidur kedinginan, dia selimutin. Sampai akhirnya dia tewas karena menyelamatkan anak-anak cewek dibawah umur yang diperjualbelikan.” Kataku dengan nada rendah.

“Itu termasuk kecerdasan emosional, respon terhadap nasib orang yang kurang beruntung..” sambung kyai.

“Itu yang kedua. Yang ketiga…” kata kyai.

“Hai, jack..ternyata ente disini.. Tak cari ke rumah ente, ente gak ada..” tiba-tiba datang gus Azim, putra kyai yang kata orang-orang, dia khoriqul ‘adah, tingkah lakunya tidak sesuai adat kebanyakan orang alias mempunyai ilmu ‘wali’. Dia kalau memanggil sahabatnya dengan sebutan “jack”, supaya akrab katanya. Umurnya dibawah saya 2 tahun.

Kemudian saya menyalami beliau.

“ Gus..bentar..” kataku dengan tangan masih menyalami tangannya. Kemudian saya mendekatkan hidung saya ke mulutnya.

“Topi Miring, gus….” Kataku menebak.

“Tau aja ente.. Barusan orang-orang perempatan pada nantang minum. Eh, baru habis 3 botol udah pada mabuk mereka. Gue habis 4 botol.. eh besok ente gue ajak ‘muter-muter’ ya..”

“Insya Allah, gus..”

“Oke, gue mau piss (pipis=kencing) dulu sekalian mandi..” kata gus Azim sambil berlalu.

Kata khodimnya, gus Azim kalau habis minum-minum pasti selalu menuju ke kamar mandi. Setelah gus Azim keluar, khodimnya membersihkan kamar mandi yang sudah berbau minuman keras. Saya sering menyaksikan dia minum-minum tapi belum pernah melihatnya minum sampai mabuk, bahkan minum sampai 4 botol sekalipun dia tetap kuat dan sadar. Saya juga sering mengantarnya main kartu alias judi, tapi belum pernah melihat dia kalah. Selalu menang dan uang hasil judi langsung disebar ke jalanan yang banyak pengemis atau anak-anak jalanan. Wallahu a’lam

“Ehm, sampai mana tadi?” kata kyai.

“Yang ketiga, yai..”

“Yang ketiga adalah kecerdasan spiritual. Dia taat beribadah, dzikir, takut pada Allah, Tuhan Yang Esa dimanapun berada dan mengingatkan suami bila lalai dalam menjalankan ibadah.” Jelas kyai.

“Saya harus memilih yang mana, yai?”

“Terserah kamu. Kalau bisa ya dapat ketiga-tiganya, intelektual, emosional, spiritual..”

“Semoga….” Kataku penuh harap.

Jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 17.10 Wib. Saatnya aku pamit pulang.

“Saya pamit dulu, yai. Sudah petang. Insya Allah kalau ada waktu saya kesini lagi.”

“Ya..ya..ingat pesan-pesanku tadi, ya.”

“Insya Allah, Yai..”

“Eh, dihabiskan minumannya” kata kyai menyuruhku menghabiskan minuman. Padahal minumanku sudah habis dari tadi.

“Ehm, sudah habis yai…”

INSYA ALLAH TOBE CONTINUED....