Kunikmati
pagi ini dengan menyedot sebatang Djarum Super dengan sruputan kopi
lembut dari negeri seberang. Kicauan burung saling bersahutan seakan
memakiku yg hanya termenung saja. Lalu ku ambil koran kemarin tuk ku
baca lagi. Ah, isinya tetap sama. Orang gila!!
Tak ada orang gila
yang tidak diberitakan. Bahkan yg tidak masuk berita pun masih banyak.
Andaikan dimuat akan menjadi tumpukan koran. Termasuk kegilaanku pagi
ini yg telah termaki oleh kicauan burung.
"ndak kerja, le?"
suara lembut emakku mengagetkan lamunan gilaku.
"ndak, mak. Lagi males.."
Ku pikir pagi ini kenikmatan hanya terdapat pada secangkir kopi dan
kepulan asap Djarum Super. Kerja? Besok juga masih bisa. Pikirku. Sekali
lagi, burung berkicau semakin kencang dan bersahutan. Seakan
menyalahkanku yang pemalas dan gila ini. Urusanmu pikir sendiri, nuk..
Emakku tak memaksa atau memarahiku karena kemalasanku ini. Ia tahu
bagaimana bersikap terhadap anak yang gila ini. Ah, kasihan mereka yang
sering dibentak2 emaknya hanya karena masalah sepele. Tak tahu apa itu
karena nakalnya anak atau tak ngertinya emak.
"kalo ndak kerja, sana mandi dulu."
Bujuk emak sambil meneruskan menyapu halaman belakang rumah.
"urip iku kudu resik awake, resik pekarangane karo resik atine.." kata
emak terhadap dirinya sendiri seperti orang ngomel dan orang gila..
Aku cuma bersikap acuh sambil menghisap batang rokok Super ini. Sedotan terakhir.
Tiba-tiba Aku teringat dawuh simbah "Umur ki ora iso tambah, tapi sudo. Mulo amalmu tambahono."
Spontan saja secangkir kopi yang tinggal setengah itu langsung Aku
habiskan. Walau sebetulnya kurang afdhol kalo ngopi dengan cara minum.
Ngopi ya ngopi. Sruput dikit-dikit. kata2 simbah itu menggugah pikiranku
tuk keluar dari lamunan ini menuju kenyataan. Kerja. Kerja juga
termasuk amal. Kalo Aku cuma berdiam diri cm mengurangi umur.
Ku beranjak mandi dan ku hidupkan motor bututku.
"kemana, le?" tanya emak.
"berangkat kerja, mak." jawabku sambil cium tangannya. Lalu ku bergegas tancap gas.
"dasar bocah gemblung. Katanya ndak kerja."